Catalyst Times

lisensi

Laksmi D
Jumat, 19 Juli 2024
Last Updated 2024-07-19T14:39:24Z
Health

Hoarding Disorder vs. Hidup Berantakan: Bagaimana Membedakannya dan Mengapa Lebih Banyak Dialami oleh Perempuan?

  ilustrasi hoarding (unsplash.com/Angel Balasev)

Belakangan ini, media sosial ramai dengan video kamar kost yang berantakan, sampai-sampai pemilik kost melabrak penghuninya. Tumpukan baju kotor, kotak makanan bekas, dan barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi pemandangan umum. Hal ini memicu pertanyaan, apakah ini hanya hidup yang kurang teratur atau sudah masuk kategori hoarding disorder?


Menariknya, fenomena ini sering dikaitkan dengan perempuan. Kenapa ya, perempuan lebih sering mengalami ini? Apakah ada alasan khusus di baliknya?


Apa itu Hoarding Disorder?

ilustrasi hoarding (unsplash.com/Petter Hermann)

Hoarding disorder adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk mengumpulkan barang secara berlebihan dan sulit untuk membuang atau melepaskan barang-barang tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan bergerak di dalam rumah, masalah kebersihan, dan bahkan risiko keselamatan.


Menurut data yang dilansir dari American Psychiatric Association, sekitar 2-6% dari populasi di dunia mengalami gangguan penimbunan. Kondisi ini lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Salah satu faktor penyebabnya adalah kecenderungan perempuan untuk lebih sentimental terhadap barang-barang yang dimiliki.


Mengapa Seseorang Menumpuk Barang?

Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin mengembangkan kebiasaan menumpuk barang:

  1. Trauma Emosional

Pengalaman traumatis atau kehilangan bisa memicu hoarding sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit.

  1. Kebutuhan Akan Keamanan

Beberapa orang merasa lebih aman jika dikelilingi oleh barang-barang mereka.

  1. Perfeksionisme

Takut membuat keputusan yang salah dapat membuat seseorang menyimpan barang-barang "hanya untuk berjaga-jaga".

  1. Masalah Kognitif

Kesulitan dalam mengatur dan memutuskan barang mana yang harus disimpan atau dibuang.



Hidup Berantakan vs. Hoarding Disorder

 ilustrasi ruang berantakan (unsplash.com/Wonderlane)

Sebelum lebih jauh, penting untuk membedakan antara hidup berantakan dan hoarding disorder. Hidup berantakan mungkin hanya cerminan gaya hidup yang kurang teratur dan tidak selalu menimbulkan masalah besar. Ada orang-orang yang memang lebih memilih gaya hidup berantakan, tanpa gangguan mental yang mendasarinya. Mereka mungkin merasa lebih nyaman dan produktif dalam lingkungan yang sedikit "tidak rapi". Bagi mereka, mengatur barang-barang bukanlah prioritas utama selama kebutuhan sehari-hari terpenuhi.


Menurut psikolog klinis Dr. Jessie Hoffman, hidup berantakan tidak selalu berkaitan dengan gangguan mental. "Sebagian orang memang merasa lebih nyaman dengan sedikit kekacauan di sekitar mereka. Asalkan mereka masih bisa berfungsi dengan baik, ini bukan masalah besar," jelasnya.


Di sisi lain, hoarding disorder adalah kondisi yang lebih serius dan kompleks. Dilansir dari Mayo Clinic, orang dengan hoarding disorder merasa sangat cemas dan stres saat harus membuang barang, bahkan barang yang tidak berguna. Kondisi ini bisa mengganggu kualitas hidup, menimbulkan masalah kesehatan, dan memicu konflik dengan orang-orang di sekitar.


Bagaimana Membedakannya?

Meski sama-sama terlihat berantakan, ada beberapa perbedaan antara gangguan hoarding dan hidup berantakan secara umum:

  • Jumlah barang yang ditumpuk

Pada pengidap hoarding disorder, jumlah barang yang dikumpulkan biasanya berlebihan dan sulit dikelola. Sementara pada hidup berantakan, jumlah barang mungkin terlihat banyak, tapi masih dalam batas kewajaran.


  • Kesulitan untuk membuang barang

Orang dengan hoarding disorder akan merasa sangat kesulitan untuk membuang atau melepaskan barang-barang mereka, meskipun barang tersebut sudah tidak terpakai lagi. Pada hidup berantakan, orang-orang ini lebih mudah membuang barang yang sudah tidak digunakan.


  • Dampak terhadap kehidupan sehari-hari

Hoarding disorder biasanya berdampak serius terhadap fungsi sosial, pekerjaan, dan kesehatan seseorang. Sementara hidup berantakan, meskipun kurang rapi, umumnya masih tidak mengganggu aktivitas sehari-hari secara signifikan.


Jadi, jika kamu melihat seseorang yang menumpuk barang secara berlebihan dan sulit membuangnya, hingga mengganggu kehidupan sehari-harinya, maka kemungkinan besar orang tersebut mengalami hoarding disorder. Namun, jika hanya terlihat sedikit berantakan tapi masih bisa berfungsi dengan baik, mungkin itu hanya gaya hidup yang berbeda.



Mengapa Dominan Perempuan?

 ilustrasi perempuan dalam ruangan (unsplash.com/Kinga Howard)

Ada beberapa teori mengapa hoarding disorder lebih sering ditemukan pada perempuan:

  • Peran Sosial

Perempuan sering kali lebih bertanggung jawab atas urusan rumah tangga, sehingga lebih banyak barang yang harus mereka kelola. Dilansir dari Psychology Today, beban peran sosial ini dapat menyebabkan perempuan lebih rentan terhadap hoarding.


  • Faktor Emosional

Perempuan mungkin lebih emosional dalam hubungan mereka dengan barang-barang, sering kali mengasosiasikan barang dengan kenangan atau perasaan. Menurut National Institute of Mental Health, perempuan cenderung lebih sentimental terhadap barang-barang yang mereka miliki.


  • Stigma dan Isolasi

Perempuan yang merasa malu dengan kondisi rumah mereka mungkin lebih cenderung menyembunyikan masalah ini, yang akhirnya memperburuk situasi. Hal ini juga dilaporkan oleh Journal of Clinical Psychology yang menemukan bahwa perempuan lebih mungkin menyembunyikan masalah hoarding mereka karena malu.



Tanda-Tanda dan Gejala Hoarding Disorder

Beberapa tanda dan gejala hoarding yang perlu diperhatikan meliputi:

  1. Kesulitan Membuat Keputusan

Orang dengan hoarding disorder sering merasa sulit memutuskan apakah suatu barang harus disimpan atau dibuang.

  1. Perasaan Keterikatan Emosional

Barang-barang memiliki nilai sentimental yang berlebihan.

  1. Ruangan Penuh Barang

Ruang hidup menjadi sulit digunakan karena penuh dengan barang-barang.

  1. Menghindari Tamu

Merasa malu atau takut dikunjungi orang lain karena kondisi rumah.

Membedakan antara hidup berantakan dan hoarding disorder adalah langkah penting untuk memahami perilaku seseorang dan mencari bantuan yang tepat jika diperlukan. Jika kamu atau seseorang yang dikenal menunjukkan tanda-tanda hoarding, penting untuk mencari bantuan profesional. Memahami akar penyebab dan mengembangkan strategi untuk mengatasi hoarding disorder dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain.



Referensi

“Hoarding Disorder”. American Psychiatric Association. Diakses Juli 2024

“Hoarding Disorder”. Mayo Clinic.  Diakses Juli 2024

“Women and Hoarding”. Psychology Today.  Diakses Juli 2024

“Hoarding Disorder”. National Institute of Mental Health.  Diakses Juli 2024

“Hoarding and Gender Differences”. Journal of Clinical Psychology. Diakses Juli 2024