ilustrasi hoarding (unsplash.com/Angel Balasev) |
Belakangan
ini, media sosial ramai dengan video kamar kost yang berantakan, sampai-sampai
pemilik kost melabrak penghuninya. Tumpukan baju kotor, kotak makanan bekas,
dan barang-barang yang sudah tidak terpakai menjadi pemandangan umum. Hal ini
memicu pertanyaan, apakah ini hanya hidup yang kurang teratur atau sudah masuk
kategori hoarding disorder?
Menariknya,
fenomena ini sering dikaitkan dengan perempuan. Kenapa ya, perempuan lebih
sering mengalami ini? Apakah ada alasan khusus di baliknya?
Apa itu Hoarding Disorder?
ilustrasi hoarding (unsplash.com/Petter Hermann) |
Hoarding disorder adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengumpulkan barang secara berlebihan dan sulit untuk
membuang atau melepaskan barang-barang tersebut. Hal ini dapat menimbulkan
masalah serius dalam kehidupan sehari-hari, seperti kesulitan bergerak di dalam
rumah, masalah kebersihan, dan bahkan risiko keselamatan.
Menurut
data yang dilansir dari American Psychiatric Association, sekitar 2-6%
dari populasi di dunia mengalami gangguan penimbunan. Kondisi ini lebih sering
dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kecenderungan perempuan untuk lebih sentimental terhadap barang-barang
yang dimiliki.
Mengapa Seseorang Menumpuk Barang?
Ada
beberapa alasan mengapa seseorang mungkin mengembangkan kebiasaan menumpuk
barang:
- Trauma
Emosional
Pengalaman traumatis atau kehilangan bisa memicu hoarding
sebagai cara untuk mengatasi rasa sakit.
- Kebutuhan
Akan Keamanan
Beberapa orang merasa lebih aman jika dikelilingi oleh
barang-barang mereka.
- Perfeksionisme
Takut membuat keputusan yang salah dapat membuat seseorang
menyimpan barang-barang "hanya untuk berjaga-jaga".
- Masalah
Kognitif
Kesulitan dalam mengatur dan memutuskan barang mana yang harus disimpan atau dibuang.
ilustrasi ruang berantakan (unsplash.com/Wonderlane) |
Sebelum
lebih jauh, penting untuk membedakan antara hidup berantakan dan hoarding disorder.
Hidup berantakan mungkin hanya cerminan gaya hidup yang kurang teratur dan
tidak selalu menimbulkan masalah besar. Ada orang-orang yang memang lebih
memilih gaya hidup berantakan, tanpa gangguan mental yang mendasarinya. Mereka
mungkin merasa lebih nyaman dan produktif dalam lingkungan yang sedikit
"tidak rapi". Bagi mereka, mengatur barang-barang bukanlah prioritas
utama selama kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
Menurut
psikolog klinis Dr. Jessie Hoffman, hidup berantakan tidak selalu berkaitan
dengan gangguan mental. "Sebagian orang memang merasa lebih nyaman dengan
sedikit kekacauan di sekitar mereka. Asalkan mereka masih bisa berfungsi dengan
baik, ini bukan masalah besar," jelasnya.
Di
sisi lain, hoarding disorder adalah kondisi yang lebih serius dan
kompleks. Dilansir dari Mayo Clinic, orang dengan hoarding disorder
merasa sangat cemas dan stres saat harus membuang barang, bahkan barang yang
tidak berguna. Kondisi ini bisa mengganggu kualitas hidup, menimbulkan masalah
kesehatan, dan memicu konflik dengan orang-orang di sekitar.
Bagaimana Membedakannya?
Meski sama-sama terlihat berantakan, ada beberapa perbedaan antara gangguan hoarding dan hidup berantakan secara umum:
- Jumlah barang yang ditumpuk
Pada pengidap hoarding disorder, jumlah barang yang dikumpulkan biasanya berlebihan dan sulit dikelola. Sementara pada hidup berantakan, jumlah barang mungkin terlihat banyak, tapi masih dalam batas kewajaran.
- Kesulitan untuk membuang barang
Orang dengan hoarding disorder akan merasa sangat kesulitan untuk membuang atau melepaskan barang-barang mereka, meskipun barang tersebut sudah tidak terpakai lagi. Pada hidup berantakan, orang-orang ini lebih mudah membuang barang yang sudah tidak digunakan.
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
Hoarding disorder biasanya berdampak serius terhadap
fungsi sosial, pekerjaan, dan kesehatan seseorang. Sementara hidup berantakan,
meskipun kurang rapi, umumnya masih tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
secara signifikan.
Jadi,
jika kamu melihat seseorang yang menumpuk barang secara berlebihan dan sulit
membuangnya, hingga mengganggu kehidupan sehari-harinya, maka kemungkinan besar
orang tersebut mengalami hoarding disorder. Namun, jika hanya terlihat
sedikit berantakan tapi masih bisa berfungsi dengan baik, mungkin itu hanya gaya
hidup yang berbeda.
Ada beberapa teori mengapa hoarding disorder lebih sering ditemukan pada perempuan:
- Peran Sosial
Perempuan sering kali lebih
bertanggung jawab atas urusan rumah tangga, sehingga lebih banyak barang yang
harus mereka kelola. Dilansir dari Psychology Today, beban peran sosial
ini dapat menyebabkan perempuan lebih rentan terhadap hoarding.
- Faktor Emosional
Perempuan mungkin lebih emosional dalam hubungan mereka dengan barang-barang, sering kali mengasosiasikan barang dengan kenangan atau perasaan. Menurut National Institute of Mental Health, perempuan cenderung lebih sentimental terhadap barang-barang yang mereka miliki.
- Stigma dan Isolasi
Perempuan yang merasa malu dengan kondisi rumah mereka mungkin lebih cenderung menyembunyikan masalah ini, yang akhirnya memperburuk situasi. Hal ini juga dilaporkan oleh Journal of Clinical Psychology yang menemukan bahwa perempuan lebih mungkin menyembunyikan masalah hoarding mereka karena malu.
Beberapa
tanda dan gejala hoarding yang perlu diperhatikan meliputi:
- Kesulitan
Membuat Keputusan
Orang dengan hoarding disorder sering merasa sulit memutuskan apakah suatu barang harus disimpan atau dibuang.
- Perasaan
Keterikatan Emosional
Barang-barang memiliki nilai sentimental yang berlebihan.
- Ruangan
Penuh Barang
Ruang hidup menjadi sulit digunakan karena penuh dengan
barang-barang.
- Menghindari
Tamu
Merasa malu atau takut dikunjungi orang lain karena kondisi
rumah.
Membedakan
antara hidup berantakan dan hoarding disorder adalah langkah penting
untuk memahami perilaku seseorang dan mencari bantuan yang tepat jika
diperlukan. Jika kamu atau seseorang yang dikenal menunjukkan tanda-tanda hoarding,
penting untuk mencari bantuan profesional. Memahami akar penyebab dan
mengembangkan strategi untuk mengatasi hoarding disorder dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup dan hubungan dengan orang lain.
Referensi
“Hoarding Disorder”. American Psychiatric Association. Diakses Juli 2024
“Hoarding Disorder”. Mayo Clinic. Diakses Juli 2024
“Women and Hoarding”. Psychology Today. Diakses Juli 2024
“Hoarding Disorder”. National Institute of Mental Health. Diakses Juli 2024
“Hoarding and Gender Differences”. Journal of Clinical Psychology. Diakses Juli 2024