ilustrasi demam berdarah (pexels.com/Cottonbro Studio) |
Demam
berdarah, atau yang sering disebut dengue, kembali menjadi perhatian besar di
Indonesia pada tahun 2024. Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan,
jumlah kasus demam berdarah di awal tahun ini mencapai 119.709 kasus, yang
berarti hampir 80% lebih banyak dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Tak hanya jumlah kasus yang meningkat, angka kematian akibat
demam berdarah juga mengalami kenaikan, dengan 777 orang meninggal dunia karena
penyakit ini. Situasi ini jelas mengkhawatirkan, terutama karena dampak demam
berdarah bisa sangat berbahaya, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak
dan lansia.
Mengenal
Demam Berdarah
ilustrasi nyamuk aedes aegypti (pexels.com/Pixabay) |
Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Karyanti
& Hadinegoro, 2016). Virus dengue memiliki empat serotipe yang berbeda
(DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4), dan infeksi dengan satu serotipe tidak
akan memberikan kekebalan terhadap tiga serotipe lainnya (WHO, 2009).
Dilansir
dari Karyanti dan Hadinegoro (2016), gejala awal DBD mirip dengan gejala flu,
seperti demam tinggi (biasanya di atas 38°C), sakit kepala, nyeri di belakang
mata, nyeri otot dan sendi, serta timbul ruam merah di kulit. Pada tahap awal,
gejala ini seringkali sulit dibedakan dari penyakit lain yang menyerupai
(Hadinegoro, 2012).
Namun,
pada tahap yang lebih lanjut, DBD dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih
serius. Dilansir dari WHO (2009), penderita dapat mengalami pendarahan,
terutama dari hidung dan gusi, serta trombositopenia (penurunan jumlah
trombosit). Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan
kebocoran plasma, gagal organ, dan syok, yang dapat berakibat fatal (Karyanti &
Hadinegoro, 2016).
ilustrasi nyamuk aedes aegypti (unsplash.com/Chang Duong)
Penanganan
DBD melibatkan pemberian cairan, antipiretik, dan pengobatan suportif lainnya
(WHO, 2009). Pada kasus-kasus yang lebih parah, pasien mungkin memerlukan
transfusi trombosit atau perawatan intensif di rumah sakit (Karyanti &
Hadinegoro, 2016). Selain itu, pencegahan juga merupakan hal krusial untuk
mengurangi penyebaran virus dengue, terutama dengan memberantas sarang nyamuk
Aedes di lingkungan sekitar (Hadinegoro, 2012).
Penyebab Meningkatnya Kasus Demam Berdarah
|
Beberapa faktor yang menyebabkan lonjakan kasus demam berdarah meliputi:
- Cuaca Ekstrem
Perubahan
iklim, seperti musim hujan yang berkepanjangan, menciptakan kondisi yang ideal
bagi nyamuk Aedes untuk berkembang biak. Dilansir dari Intergovernmental Panel
on Climate Change (2021), cuaca ekstrem memperburuk penyebaran nyamuk.
Genangan
air di sekitar rumah, seperti dari got yang tersumbat, ban bekas, atau tempat
penampungan air yang tidak tertutup dengan baik, menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk. Hadi dan Koesharto (2020) menekankan pentingnya menjaga
sanitasi untuk mencegah meningkatnya kasus demam berdarah.
- Kurangnya Kesadaran Masyarakat
Banyak
orang yang belum sepenuhnya memahami pentingnya langkah-langkah pencegahan,
seperti menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air. Panduan dari
Kementerian Kesehatan (2022) menekankan perlunya edukasi tentang cara-cara
pencegahan.
Penyebaran
virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus memang
sudah menjadi musuh utama masyarakat Indonesia sejak lama. Namun, tren
peningkatan kasus demam berdarah yang begitu signifikan di tahun 2024 ini
menunjukkan bahwa kewaspadaan kita semua perlu ditingkatkan. Lalu, apa saja
langkah-langkah penting yang harus kita lakukan untuk mencegah penyebaran virus
dengue?
Langkah-Langkah
Pencegahan Demam Berdarah
Berdasarkan data dari Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, ada beberapa langkah efektif yang dapat kita terapkan untuk menekan angka penyebaran demam berdarah, di antaranya:
1. Memberantas sarang nyamuk Aedes
ilustrasi pencegahan sarang nyamuk (pexels.com/Tima Microshnichenko) |
- Melakukan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat penampungan air bersih di sekitar rumah secara rutin.
- Memantau dan mengendalikan perkembangbiakan jentik nyamuk di lingkungan sekitar.
- Menggunakan larvasida atau bubuk abate untuk memberantas jentik nyamuk di genangan air.
2. Menghindari gigitan nyamuk
ilustrasi fogging (pexels.com/Garda Pest Control Indonesia) |
- Mengenakan pakaian yang menutupi lengan dan kaki saat beraktivitas di luar ruangan.
- Menggunakan repellent atau obat nyamuk bakar/elektrik untuk mengusir nyamuk.
- Menutup rapat celah dan lubang di rumah untuk mencegah masuknya nyamuk.
3. Meningkatkan imunitas tubuh
ilustrasi mengonsumsi makanan bergizi (pexels.com/Alex Green) |
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga daya tahan tubuh.
- Rajin berolahraga dan memastikan istirahat yang cukup.
- Melakukan vaksinasi demam berdarah jika tersedia.
4. Waspada gejala dan segera periksa ke dokter
ilustrasi pemeriksaan kesehatan (pexels.com/Gustavo Fring) |
- Mengenali gejala awal demam berdarah seperti demam tinggi, nyeri sendi dan otot, serta ruam.
- Segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Referensi:
"Laporan Situasi Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2024". Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses Juli 2024.
"The changing incidence of dengue haemorrhagic fever in Indonesia: a review of surveillance data". Hadinegoro, S. R. Virology Journal, 9(1), 1-7. Diakses Juli 2024.
"Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue di Indonesia". Karyanti, M. R., & Hadinegoro, S. R. Sari Pediatri, 12(2), 71-77. Diakses Juli 2024.
"Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control". World Health Organization. Diakses Juli 2024."Efektivitas Langkah-Langkah Pencegahan Demam Berdarah". Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 17, No. 2. Diakses Juli 2024.